Mengenai Saya

Foto saya
keturunan jawa asli yg numpang lahir dan numpang gede di MANADO, seorang anak gadis, seorang kakak, seorang cumlauder, seorang sarjana pertanian, seorang magister sains, seorang calon istri

Sabtu, 03 Desember 2011

PEREMPUAN, NASIBMU KINI (REFLEKSI HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL)

Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahun. Ini adalah sebuah hari besar yang dirayakan di seluruh dunia untuk memperingati keberhasilan kaum perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial. Pada dasarnya, hari istimewa ini bermula dengan perjuangan para wanita yang terjadi di berbagai negara, dalam hal pertentangan segala macam bentuk penindasan dan pertimpangan hak-hak yang mereka miliki. Pada tanggal 8 Maret tahun 1857 di kota New York, para buruh perempuan dari industri tekstil mengadakan sebuah aksi demonstrasi tuntutan peningkatan upah dan perbaikan kesejahteraan. Disusul dengan munculnya aksi-aksi serupa di negara-negara benua Eropa. Akhirnya aksi-aksi demonstrasi tersebut membuahkan konferensi Internasional yang diadakan di kota Copenhagen pada tahun 1920. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah demi menghormati dan menghargai pencapaian perempuan dengan mengadakan sebuah hari peringatan perempuan internasional. Sebelumnya, ada beberapa tanggal lain yang ditunjuk sebagai hari peremupan internasional. Hingga akhirnya pada periode awal Perang Dunia Pertama, berbagai organisasi perempuan di beberapa negara Eropa melangsungkan aksi protes untuk perdamaian yang jatuh pada tanggal 8 Maret 1913. Dari situ disepakati bahwa tanggal 8 Maret sebagai hari perempuan internasional.

Sebagai perempuan Indonesia, otomatis nama-nama yang langsung tersirat di otak di hari Perempuan Internasional merupakan tokoh-tokoh atau pejuang wanita Tanah Air. Seperti R.A Kartini yang namanya masih harum sampai sekarang. Beliau merupakan seorang pejuang wanita luar biasa yang berjuang melawan seluruh tradisi feodalisme Jawa kuno dengan mendidik dan membela hak perempuan. Selain itu Dewi Sartika, sama halnya dengan R.A Kartini, wanita asal kota Bandung ini berjuang memberantas kebodohan dengan memberi pendidikan kepada anak-anak yang pada waktu itu tidak mampu bersekolah. Dan siapa tak kenal pahlawan Nasional dan pejuang perang wanita Aceh Cut Nyak Dien, perempuan gigih ini berani berperang dalam melawan penjajahan Belanda. Di era modern, siapa yang tak lupa dengan buruh wanita bernama Marsinah. Pada tahun 1990-an almarhumah memimpin aksi protes kenaikan gaji terhadap petinggi perusahaan pabrik tempat dimana ia bekerja sebagai buruh. Sayangnya perjuangan Marsinah diakhiri dengan tragis, Marsinah dibunuh oleh seorang pelaku yang sampai saat ini belum tertangkap. Namun, perjuangan Marsinah membela haknya serta para buruh yang lain, walaupun sudah meninggal menjadikannya seorang pahlawan. Kemudian muncul banyak perempuan yang dengan membawa serta kesadarannya tentang ketertindasan kaum perempuan, aktif dalam politik pergerakan nasional. Misalnya Munasiah dan Sukaesih, dua aktivis politik yang dalam suatu kongres perempuan di Semarang tahun 1924 menyerukan perlunya kaum perempuan berjuang agar bisa memajukan hak-haknya dan agar tidak disisihkan. Munasiah berkata:" Wanita itu menjadi mataharinya rumah tangga, itu dahulu! Tapi sekarang wanita menjadi alat kapitalis. Padahal jaman Mojopahit wanita sudah berjuang.. Sekarang adanya pelacur itu bukan salahnya wanita, tapi salahnya kapitalisme dan imperialisme."

Sebenarnya banyak sekali tokoh-tokoh atau pejuang wanita yang namanya belum terdengar atau bahkan karyanya atau perjuangannya belum dikenal dan diakui. Sayangnya juga, di Indonesia, Hari Perempuan Internasional belum resmi ditetapkan. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak bisa merayakannya dengan perempuan-perempuan terdekat di sekitar kita!

Hari perempuan sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, mencatat dan memperingati perjuangan dan pencapaian yang telah dilakukan perempuan di masa silam, kini dan masa akan datang. Hari ini adalah hari untuk merayakan apa yang dimiliki kaum perempuan, baik itu kesempatan yang lebih baik dalam bidang pendidikan dan kesehatan, kesetaraan dalam hukum atau harus dihargai. Hari perempuan sedunia adalah hari untuk menyatakan bahwa hak asasi perempuan adalah juga hak asasi manusia, seperti yang telah ditegaskan melalui berbagai perjanjian internasional. Hari perempuan sedunia membuka kesempatan penting untuk merenungkan seberapa jauh kita harus melangkah. Kesempatan bagi perempuan untuk menduduki posisi yang berpengaruh sebagai penentu keputusan masih rendah, begitu pula akses perempuan terhadap sumber daya.

Hal ini digarisbawahi oleh ketidaksetaraan yang masih terus berlanjut, seperti:

1. Masih rendahnya perwakilan perempuan dalam posisi yang berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi dunia; perempuan masih mendominasi angka kaum miskin; berlanjutnya kekerasan terhadap perempuan; adanya pembedaan jenis kelamin (gender gap) dalam pendidikan dan besar-kecilnya gaji; hak yang sama bagi setiap warga negara, yang seharusnya bersifat universal, masih belum berlaku setara bagi perempuan, yang belum mendapatkan sumberdaya yang memungkinkan mereka untuk menggunakan hak mereka sebagai warga negara.

2. Semakin meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan baik di wilayah domestik maupun di wilayah publik (tempat umum, tempat kerja dan tempat pendidikan) yang menunjukkan semakin dibutuhkannya kepedulian pemerintah untuk membangun mekanisme perlindungan bagi perempuan dan anak perempuan yang didukung oleh program-program dan anggaran yang memadai.

3. Pekerjaan-pekerjaan reproduktif tanpa imbalan masih dibebankan di pundak perempuan. Di seluruh dunia, perempuan masih melakukan pekerjaan-pekerjaan reproduktif, beban ganda bagi perempuan. Kita ingin dunia mengakui pentingnya pekerjaan seperti ini dan mengakui bahwa itu merupakan tanggungjawab bersama.

4. Struktur pemerintahan dan institusi yang masih bias gender. Sebagai pelaksana pembangunan kita wajib memberantas berlanjutnya bias gender yang terwujud dalam institusi “pembangunan” global. Komitmen bagi kesetaraan gender harus diinstitusionalisasikan, mandat harus dibuat lebih berbicara. Kita tidak bisa menunggu saja untuk penerapan kebijakan-kebijakan yang menghargai gender.
Tanggung jawab pemerintah terhadap perempuan masih belum terasa. Kita butuh komitmen yang konkrit untuk memastikan bahwa suara perempuan di dengarkan dalam proses pengambilan keputusan negara. Kita harus menyadari bahwa pembangunan tidak hanya melulu soal ekonomi, sehingga masalah gender dikesampingkan.

Oleh karena itu, Hari Perempuan sedunia adalah hari untuk mengarahkan fokus dunia pada hal-hal di atas dan juga masalah-masalah perempuan lainnya. Pada hari ini, saatnya perempuan untuk membina jaringan, menyusun strategi dan bergerak; tunjukkan keberadaan, suara dan visi kita pada dunia. Dan juga kita harus bekerjasama dengan kaum pria mengenai kesetaraan gender. Karena, hanya dengan kerjasamalah perubahan bisa terjadi dan tentu perubahan itulah yang kita inginkan. Prestasi dan kontribusi perempuan tidak hanya mengandalkan faktor kuantitas, namun juga tetap mempertimbangkan aspek kualitas, profesionalisme, dan integritas. Peringatan hari Perempuan Internasional merupakan momentum untuk mengoreksi kembali berbagai kebijakan yang cenderung mengabaikan pendidikan, perlindungan, dan akses terhadap pengembangan kemampuan pribadi perempuan Indonesia. Selamat memperingati Hari Perempuan Internasional!


Tidak ada komentar: