Mengenai Saya

Foto saya
keturunan jawa asli yg numpang lahir dan numpang gede di MANADO, seorang anak gadis, seorang kakak, seorang cumlauder, seorang sarjana pertanian, seorang magister sains, seorang calon istri

Sabtu, 03 Desember 2011

MENYAMBUT 65 TAHUN PERISTIWA MERAH PUTIH 14 FEBRUARI

Terlepas dari euforia budaya barat yang dilakoni tua muda (remaja pada khususnya), tahukah bahwa 14 Februari tidak sekedar identik dengan yang namanya Valentine’s Day? Hari yang harus diperingati dengan coklat dan corak warna serba pink! Hari kasih sayang adalah tidak hanya tanggal 14 Februari. Setiap hari adalah hari kasih sayang. Sepatutnya kita selaku generasi muda penerus bangsa, memaknai tanggal 14 Februari dengan lebih bijak, walaupun tidak harus diperingati secara besar-besaran tapi setidaknya JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah!)

Momentum 65 tahun adalah suatu momentum untuk kita merenungi kembali apakah kita yang telah menikmati kemerdekaan ini merasakan betapa para pejuang perintis kemerdekaan dan pejuang yang mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, telah berkorban jiwa raga dan hartanya demi tetap tegaknya Republik yang kita cintai ini.

"Saya tidak akan mempermasalahkan apakah keberadaan bangsa kami disukai atau tidak, karena itu adalah permasalahan teoritis. Bagi saya dan bangsa saya Minahasa, sudah jelas, bahwa kami memiliki hak untuk eksis. Jadi, tugas kami adalah bagaimana menjamin kelanjutan eksistensi bangsa Minahasa ini, dan sedapat mungkin memperkecil penetrasi asing. Kami berusaha untuk merumuskan suatu tujuan yang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungan rakyat kami dalam menjalankan tugas tadi. Dan agar usaha-usaha kami itu dapat diterima dan dihargai, kita perlu mengenal hal-hal yang mendasarinya, yaitu: posisi Minahasa selama ini terhadap negara-negara sekitarnya." (Samratulangi, Maret 1914)

Perasaan anti Belanda mencapai puncaknya pada tanggal 14 Februari 1946 dimana pemuda Ch. Ch. Taulu beserta ratusan temannya antara lain pemuda S.D Wuisan, A.F.Nelwan, F. Bisman mengadakan perebutan kekuasaan dan mendirikan Pemerintahan Republik Indonesia untuk Sulawesi Utara. Saat itu Sang Merah Putih berkibar di angkasa Sulawesi Utara menggantikan bendera Belanda. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama “Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946”. Gerakan itu mula-mula berkobar di Manado, kemudian menjalar ke kota-kota lain di seluruh Minahasa seperti Tondano, Tomohon, Bitung dan juga Bolaang Mongondow dan Gorontalo.

Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 sebagai fakta bukti perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan yang terjadi di Sulawesi Utara, telah diakui oleh Pemerintah RI berupa tanggapan dari:

1. Presiden RI pertama, Ir Soekarno, yang sejak semula yakni beberapa hari sesudah Peristiwa Merah Putih terjadi, telah memberikan dukungan melalui berita radio yang dikirim dari Yogyakarta. Dan 19 tahun kemudian, dalam suatu peringatan Peristiwa Merah Putih yang diadakan di Istana Negara Jakarta pada tanggal 14 Februari 1965, beliau telah mengimbau agar tanggal 14 Februari dapat dicanangkan sebagai “Hari Sulawesi Utara” dan wajib diperingati atau dirayakan setiap tahun.

2. Presiden RI kedua, Soeharto, dalam pidato pada upacara Apel Besar Pramuka di Cibubur (Bogor) pada tanggal 14 Agustus 1984, telah merangkaikan “Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946” dalam deretan aksi-aksi Perang Kemerdekaan yang penting selama masa Revolusi Fisik (1945-1950) berupa “Peristiwa Kepahlawanan di Sulawesi Utara”.

Sejarah perjuangan ini tidak dikenal apalagi dihayati oleh generasi penerus termasuk anak-anak yang masih di bangku sekolah. Ada buku sejarah yang dianjurkan berturut-turut tetapi efeknya dalam kehidupan sehari-hari tampaknya tidak ada. Hari Sulawesi Utara yang dipuja oleh Bung Karno waktu peringatan di Istana Negara 10 Maret 1965 tidak dikenal atau digubris oleh masyarakat Provinsi Sulawesi Utara. Di Sulawesi Utara peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 masih dikenangkan, namun arti dan nilai peristiwa terlupakan. Dampaknya tidak ada lagi sekarang.

Nah, kalau demikian , mengapa generasi kita sekarang ini seolah melupakan sejarah! Apa kita termasuk mereka yang beranggapan “kemarin adalah kenangan, hari ini kenyataan dan besok adalah pengharapan”? Tapi, Sejarah bukanlah kenangan yang sepatutnya kita lupakan!

Padahal seharusnya kita tak bisa meninggalkan sejarah. Kita tak boleh menghitamkan sejarah. Terlebih sejarah perjuangan bangsa! Fakta sejarah yang mengungkapkan tanggal 14 Februari 1946 adalah hari terbentuknya pertama kali pemerintahan di Sulawesi Utara dan hari dimana pemuda dan pemudi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.

Mari , kita semua, generasi muda di Sulawesi Utara menjadikan ini kenyataan sejarah dan menyambut 65 tahun Peristiwa Merah Putih 14 Februari di tahun 2011 ini dengan lebih bijak!

Tidak ada komentar: