Mengenai Saya

Foto saya
keturunan jawa asli yg numpang lahir dan numpang gede di MANADO, seorang anak gadis, seorang kakak, seorang cumlauder, seorang sarjana pertanian, seorang magister sains, seorang calon istri

Sabtu, 03 Desember 2011

PEDOMAN HIDUP DALAM DUNIA KEHAKIMAN

Setiap orang ingin menduduki kursi yang penting dengan harapan bahwa kelak dirinya akan merasakan kebahagiaan apabila ia telah berada dalam kursi yang empuk itu. Pandangan yang demikian adalah pandangan yang sangat dangkal sekali! Mereka tidak mengerti bagaimana pertanggungjawabannya tentang kedudukannya itu di kemudian hari di hadirat ALLAH SWT? Hendaklah masing-masing dapat mengukur dirinya sendiri apakah ia itu telah sanggup bertanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu urusan yang diinginkannya itu.

Di zaman sahabat Nabi ada seseorang yang telah ditunjuk menduduki kursi Hakim yaitu diangkat menjadi Hakim tetapi orang itu menolak. Kemudian ditanyakan kepadanya apa sebabnya ia menolak. Jawabnya : “ saya masih ragu-ragu terhadap diri saya, apakah saya dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya ataukah tidak? Dari itu saya lebih baik tidak menerima jabatan itu”. Sebaliknya ada pula orang yang suka meminta-minta supaya diangkat menjadi kepala dalam sesuatu jawatan yang rasanya sangat menguntungkan hidupnya sehingga ia berusaha mendatangi orang yang perlu dan penting yang dapat menolongnya dan kalau perlu tak segan-segan ia mengeluarkan uang untuk itu. Hal yang demikian tidak dibenarkan dalam Islam.

Di dalam Islam hakim itu ialah orang yang mengepalai sesuatu pekerjaan kaum Muslimin seperti imam, raja, kepala kabilah, kepala jamaah dan sebagainya. Tiap-tiap kita menjadi pemimpin dan kita akan bertanggung jawab dari apa yang kita pimpin. Lebih-lebih lagi kalau menjadi pemimpin dari masyarakat besar dan Negara maka amanat itu sangat berat dan resikonya demikian pula dan mereka itu adalah hakim yang harus menyelesaikan urusan umat. Mereka itu harus bekerja untuk menjamin keamanan rakyat, membela rakyat dengan perkataan dan perbuatan dan janganlah sekali-kali rakyat teraniaya karenanya.

Hakim harus berani dan jujur, jangan berat sebelah apabila memutuskan perkara orang yang sedang berselisih, jangan menerima sogokan, membela yang dikasihi dan menghalangi yang dibenci. Hakim hendaklah selamanya mempunyai sifat peramah, pengasih dan hormat menghormati sesama manusia menurut yang sewajarnya. Hakim hendaklah sanggup menghkum orang yang berbuat binasa di muka bumi ini. Hakim hendaklah dapat menjaga dirinya dari tangan besi yang menganiaya umat dengan sesuka hatinya saja.

Kesimpulannya, syarat orang yang akan menjadi hakim itu ialah orang yang kuat pikirannya (cerdas dan bijaksana), kuat kemauan dan keadilan karena mereka itu akan mengalami beberapa kesukaran dalam pekerjaannya itu. Hadist Nabi “kamu semua adalah penggembala, sesungguhnya Allah akan menanyai tiap-tiap penggembala tentang yang digembalakannya”

Demikianlah beratnya menjadi Hakim yang menggembala rakyat maka masing-masingnya akan mempertanggungjawabkan ke hadirat Allah SWT atas apa yang dipimpinnya. Pemimpin Negara akan ditanya tentang rakyatnya apakah ada rakyatnya yang teraniaya kehidupannya, haknya dan sebagainya. Apakah sebabnya maksiat dapat berkembang biak dari daerah yang dipimpinnya dan sebagainya? Mengapakah ada sebahagian rakyat yang hidupnya bermewah-mewahan di atas penderitaan rakyat yang tidurnya di bawah jembatan dan kadang tidak dapat makan?

Pemimpin masyarakat akan mempertanggungjawabkan kepada Allah atas segala pekerjaan yang dihadapinya yang mengenai masyarakat. Kepada apa, dan kearah mana masyarakat dibawanya? Adakah anggotanya dibawanya menjadi umat yang berbakti kepada Allah? Selaku pemimpin, bagaimanakah tanggung jawabnya terhadap orang miskin dan anak yatim piatu? Demikianlah seterusnya, tiap pemimpin (Hakim) akan mempertanggungjawabkan semua urusannya kepada Allah di kemudian hari.

Oleh karena itu, berhati-hatilah manusia dalam menduduki sesuatu amanat umat, jangan sampai lupa kepada rakyat apabila kursi yang empuk itu sudah diperolehnya. Allah SWT tidak akan membiarkan orang semacam itu, mereka akan merasakan nikmat Allah di waktu yang sebentar saja. Wahai insan yang lupa dalam memperhitungkan diri dari sekarang maka lekaslah perhitungkan diri sendiri, apakah hidup merugi atau tidak? Diri sendirilah yang mengetahui atas segala yang terjadi pada dirinya itu maka lekaslah beramal salih untuk menutupi kerugian itu jangan terus menerus dalam kerugian. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.

Tidak ada komentar: