Mengenai Saya

Foto saya
keturunan jawa asli yg numpang lahir dan numpang gede di MANADO, seorang anak gadis, seorang kakak, seorang cumlauder, seorang sarjana pertanian, seorang magister sains, seorang calon istri

Sabtu, 01 September 2012

Maaf, Ma. Ternyata Dikau Benar

1 September, ya hari ini.
Salam malam dari anak kos.
Niatan mengerjakan poster presentation sepertinya agak terbengkalai dengan curhatan di blog ini. Pagi hari, saat saya masih berusaha memahami makna reading, listening dan structure, papa bergegas ke Manado. Hal terakhir yang Beliau lakukan yaitu membelikan nasi perkedel, membelikan susu, air mineral botol, menyiapkan biskuit dan meninggalkan baju yang dipesan untuk tidak dicuci supaya kalau saya kange bisa menciuminya. Ya Allah, seketika itu juga langsung bertekad untuk HARUS BISA SELESAI DOKTORAL STUDI S3 INI DALAM WAKTU YANG SESINGKAT-SINGKATNYA DAN DENGAN NILAI YANG SEMPURNA. AMIIIIIN YA RABB.
Teringat dukungan semua pihak tanpa terkecuali, mereka yang pro dan kontra dengan passion saya ini. Mereka tidak tahu saja, saya berusaha mengandalkan beasiswa dan telah menjual tanah hasil tabungan saya semenjak TK. Sesungguhnya saya beruntung punya Ibu seperti mama, Beliau TOP! Speechless...
Kemarin saya ditelpon Dose Pembimbing Thesis, Mener Recky, Beliau tak sekedar menanyakan kabar tapi juga menawarkan bantuan untuk menghubunginya kalau ada keperluan dan kepentingan yang bisa dibantu. Sungguh saya merasa tertolong dengan semua orang baik yang ada di sekeliling saya. Dosen Mata Kuliah sewaktu S1 pula, Enci Grace menanyakan kabar via BBM dan iringan doa yang dikirim oleh dosen-dosen saya ini sungguh membuat hati saya tenang dan semakin yakin bahwa PASTI BISA!
Sepeninggalan papa, tentu saja kos menjadi lengang tapi tepat pukul 10 saya memutuskan pula untuk semakin melengangkan kamar ini karena bergegas menuju Gedung MKDU untuk ikut tes. Sesampainya di berlin, saya menumpang ojek (3000) dan sesampainya di gedung MKDU bagian atas, tampak ruang kelas yang atapnya lubang, AH! Ekspektasi saya terhadap IPB mungkin ketinggian tapi itu tentunya tidak akan mengendurkan semangat belajar, KUALITAS KUALITAS KUALITAS!!!
2 jam berlalu, Alhamdulillah soal terjawab semua, semoga benarnya juga banyak semua... Sebelumnya score 458 bahkan terbaru 421 cukup memiriskan hati saya sebenarnya. Standar S3 harus 475 itu pun belum bisa dikatakan bahwa seseorag itu memperoleh nilai A. Bismillah saja...
Pas depan perpustakaan, saya lalu bertemu reza dan ratna. Setelah mendaftarkan diri di perpustakaan, kartunya bisa diambil minggu depan. Pulangnya bersama reza menyusuri bateng dan malamnya bersama kak siska, kita menyusuri bara. Catatan keuangan kali ini sekitar 3000 (ojek)+8000 (nasi ikan mujair)+14400 (pewangi pakaian dan dabun cuci).Mental anak kos mencuat, senang dapat gratisan sikat pakaian dari kak siska karena sehabis membeli cermin buat dipasang di kamarnya. Trims...
Papa dan mama seharian menelpon dengan kabar yang berbeda. Mengakhiri celoteh random ini sembari membayangkan mama dan papa yang sedang berbincang-bincang yang pastinya membicarakan saya, dan ade yang seperti biasa nonton TV cekikikan sendiri...
I MISS...

Take care, Dad!

Saya menghabiskan waktu semalaman untuk tidur di 03 hingga 30 Agustus menyapa Kamarnya agak kecil. Barang belum diatur sepenuhnya karena berkeinginan untuk pindah. Alhasil saat itu juga saya memang pindah ke kamar 01. Lumayan luas, ada beberapa space yang tidak dimiliki 01. Sebenarnya semua ada plus minusnya. Hanya saja terkandung kitanya menata, saya saja harus memindahkan lemari agar menutupi jendela karena kamar saya tepat berada didepan, samping pintu masuk. Depannya jendela yang menghadap ke jalan, tempat orang lalu lalang, walaupun gang 5 meter dari jalan raya ini tidak begitu ramai dilalui orang.
Berkeinginan pindah dari kamar 03 yang saya tempati sehari disebabkan karena saya tidak mau nantinya terganggu dengan suara bising, karena kamar tersebut tepat bersebelahan dengan dapur dan ruang TV.
Setelah beres menata kamar, papa pun mulai membeli kipas angin, printer, ember dan lain sebagainya keperluan kos. Harganya belum sempat di-list. Saya berkeingina mengkalkulasi semua keperluan dan kebutuhan tepat tanggal 1 September saja karena saat itu memang starting point-nya saya menjadi anak kos sejati, sesungguhnya dan sepenuhnya...
Enaknya tinggal Bateng ialah akses ke semua lini mudah. Makanan, minuman, apotel, minimarket dan sebagainya ada disini. Tepat hari ini, saya menuju kampus (tanpa diantar papa, tumben) untuk verifikasi berkas. Sengaja berjalan kaki dari kos menuju berlin dan memang hanya ditempuh dengan waktu 5 menit saja! Setelahnya saya naik ojek (3000) karena cuaca panas yang tidak memungkinkan saya berjalan sendiri tanpa teman ngobrol, sepertinya hanya karena belum terbiasa saja. Sesampainya di Common Class Room, antrian masih panjang. Saya mengambil absen, membaca papan info, mendaftarkan diri di forum wacana, bertemu dan mengobrol dengan beberapa orang baru yang bahkan kemudian menjadi teman saya sekarang. Senangnya...
Tapi satu yang tak bisa terelakkan, mereka selalu bingung dengan umur dan strata yang saya tempuh sekarang. Ada apa sebenarnya dengan usia 22 tahun dan studi Strata 3 (S3) yang saya tempuh? Helloo.... So many people out there, who is awesome more than me!!!
Jadi inget kisa malam itu, ketika saya dan papa bergegas mencari keperluan kos. Ada ibu berjilbab berpapasan dan lalu kemudian bertanya-tanya kebingungan bahkan pulangnya saya masih disapa untuk mampir ke tempatnya. Saya bahkan diterka oleh si Ibu bahwa pikirannya santai saja tanpa beban, kelihatan dari wajahnya (wajah anak S1 siih hehe)
Cerita pas verifikasi sepertinya harus ada space sendiri karena ceritanya cukup unik mulai dari M1 bahkan sebelum itu hingga air seni dan sholat ashar menjelang maghrib ...
Yang pasti pulangnya dari verifikasi saya tidur hingga menjelang 31 Agustus menyapa dan seharian dirumah mengerjakan segala hal serta belajar untuk tes TOEFL esok harinya itu cukup menyenangkan, ditunjang dengan layanan internet gratis di kosan pula. Surgaaaa...
Tanggal 1 pun tiba.. papa pergi...

01 atau 03?

Tanggal 28 Agustus tepat pukul 12 siang WIB, kami tiba di soetta dengan mengeluarkan ongkos jasa porter seharga 50 ribu, setelah itu kami bergegas menuju 'Cempaka Rest' dan menemukan sapo tahu serta kikil sapi seharga 40-an ribu, dengan harga semahal itu tak ayal membuat seorang bule datang menghampiri pelayan dan menanyakan kebenaran harga dan porsi makanan tersebut karena menurutnya harganya terlalu mahal dengan porsi makanan yang terlalu-sedikit-banget!
Setelah asupan gizi terpenuhi kami melanjutkan perjalanan, niatan pertama untuk menaiki damri tapi papa berubah pikiran melihat barang bawaan yang begitu banyak. Akhirnya, tawaran taksi gelap avanza seharga 200-an ribu kami sambit dan mereka siap mengantarkan kami menuju kampus IPB Dramaga. Sepanjang perjalanan, kisah terus terurai, yang mana si bapak supir ternyata pensiunan Depdagri.
Sesampainya di kampus IPB Dramaga (Setelah sebelumnya sempat nyasar dan tanya orang sana sini), kami tiba di asrama Internasional, dengan tarif spesial karena ada event pengisian KRS kami lalu mengiyakan untuk menyewa 2 kamar seharga masing-masing 140 ribu. Fasilitas kamar mandi dalam, kasur yang empuk, meja dan kursi, 2 lemari besar dan kipas angin membuat saya cukup nyaman walaupun kamarnya agak kecil. Setelah malamnya lagsung dijamu reza bahkan ditawari untuk mengelilingi kampus di malam hari menuju Babakan Raya (Bara) yang ramainya minta ampun, banyak mahasiswa berkeliaran mencari sesuap nasi. Pilihan kami jatuh pada rumah makan Padang, makan bertiga dengan teh manis serta minuman dingin merogoh kocek sekitar 20-an ribu, lumayan terjangka. Kami lalu melanjutkan perjalanan melihat kos Zafira (yang kini saya diami), papa sepertinya tertarik dan langsung menghubungi pemilik kos untuk menanyakan perihal kos tersebut. Setelah itu kami bergegas pulang setelahnya dengan menumpangi ojek ketika sampai di Berlin.
Esok paginya, 29 Agustus kami dijemput reza lagi yang telah menunggu di gazebo asrama untuk keliling lagi. Kali ini kami menyusuri sisi lain IPB, dengan jalan yang lebar, bersih, asri, sejuk dan pemandangan hutan tengah kampus yang dicirika dengan batang pohon besar yang tumbuh tinggi menjulang, membuat kepala saya mendongak terus tanpa sadar. Melewati pertanian, teknik, gudang buku, kantin, tempat fotocopy dan tibalah kami di FEM, tempat kuliah saya kelak.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Graha Widya Wisuda (GWW), sempat berfoto ria dan perjalanan dilanjutkan ke perwira, tempat kos yang direkom sye, proses penyeberangan jalan agak sulit dengan situasi lalu lintas yang tak kondusif, sepertinya untuk saat ini perlu mengurungkan niat untuk ngekos disini. Setelahnya kami menerobos pintu pagar yang hanya bisa dilewati orang lalu lalang, ada pangkalan ojek didekatnya. Kami menelusuri lapangan depan GWW dan menuju logo IPB sebagai tujuan berfoto selanjutnya. Logo IPB tepat berada ditengah apitan green house, terus lagi kita akan temui Gedung Andi Hakim. Kami bergegas pulang dengan melalui jalan pintas lagi, menuju samping gedung Andi, melewati bank Mandiri dan danau buatan lalu tembus di Perpustakaan dimana gedung MKDU berada (tempat TOEFL Test). Setelahnya kami menaiki ojek menuju asrama.
Tepat hari itu juga papa memutuskan untuk segera pindah dan check out dari asrama menuju Zafira. Kami menyewa angkot Pak Unyil, yang anaknya dosen IPB dan sekarang sedang menempuh studi lanjut di Jerman!!! 50 ribu sebagai ucapan terimakasih mungkin tidak sebanding dengan tenaga, kebaikan dan tentu saja kisahnya...
Tibalah di kos, dilema memilih kamar kos pun terjadi.

Petualangan Dimulai!

1 September 2012.
Sudah terhitung 4 hari sejak 29 Agustus mendiami kamar kos 01 di 'Zafira' ini. Awalnya pernah sehari semalam mendiami kamar kos 03 tapi kemudian pindah tepat pada tanggal 30 Agustus, dengan beberapa alasan yang masuk diakal tentunya, setelah menimbang, mengingat dan memutuskan akhirnya keputusan pindah diambil, dengan dibantu papa, barang-barang diungsikan semua.
Kamar kos ini terdiri dari 2 lantai, kamar 01 tepat berada di lantai 1, dimana taman berada. Konsep rumahnya memang unik karena menempatkan taman di dalam/tengah rumah.
Hari ini, tepat pukul 8 papa bergegas ke terminal Baranangsiang untuk menumpang Damri menuju Jakarta dan terbang kembali ke Manado. Beliau harus menuntaskan urusan di kantor setelah urusan mem-verifikasi-kan anak gadisnya ke jenjang Doktoral di IPB telah terpenuhi. Jujur saja, ada yang beda dengan suasana kamar kali ini, yang biasanya papa sibuk membelikan makanan, minuman dan segala macam perlengkapan kos, kali ini saya benar-benar sendirian (walaupun sudah punya teman sesama penghuni kos juga). Baru kali ini jadi anak kos, di usia 22 tahun, disaat diri ini menempuh studi Doktoral (S3). Selama S1 dan S2 belum pernah terbayangkan bagaimana rasanya menjadi anak kos (meskipun banyak juga teman-teman yang ngekos).
Sebenarnya sepinya itu hanya karena tidak ada lagi omelan mama dan si bongsor yang memanggil kakak. Yah, minimal lah sekarang dan selama beberapa tahun kedepan tidak ada yang mengusap jidat untuk memeriksa apakah saya panas atau tidak seperti yang biasa dilakukan papa, tidak ada yang mengomeli saya kalau saya tidur larut seperti yang sering dilakukan mama, tidak ada yang bisa saya isengin untuk goda-godain, tidak ada yang saya bisa curhatin kejadian yang saya alami seharian ini sembari tangan jahil colek-colek sana sini dan tidak ada yang bisa saya cium tangannya kalau mau ke kampus. Minimalnya menyedihkan sekali ...
Tepat pukul 11, saya mengikuti TOEFL Test di Gedung MKDU Atas dekat gedung perpustakaan. Dari Berlin menuju kesana dengan menumpang ojek seharga 3000, padahal jaraknya cukup dekat, sekali ini saja mungkin karena belum tahu tempatnya kan? Beosk-besok uang 3000 itu bisa saya pakai membeli perkedel 6 biji. Selesai jam1, setelah bersua dengan reza dan ratna, saya menyempatkan diri membuat Library Card yang bisa diambil minggu depannya. Pulangnya bersama reza, kami berjalan kaki kembali menyusuri FEM, kantin fateta, gudang buku, pertanian, berlin dan tibalah di kost.
Sekarang saja, malam mingguan saya dan kak siska menyusuri babakan raya (bara) untuk makan malam di rumah makan Padang (nasi ikan mujair = 8000), setelahnya kami menuju apotek dan alfa mart membeli perlengkapan anak kos dan menemani kak siska membeli keperluan kosnya juga (semacam ember, kaca dan tempat aksesoris, PINK lho!)
Sekembalinya ke kos, saya teringat poster presentation yang DEADline nya mematikan, terngiang beberapa hari lalu untuk mencatat kisahnya dan memutuskan untuk 'berpetualang' mulai malam ini, saya mencatat pengeluaran dan mengkalkulasi kehidupan saya secara mandiri, mulai malam ini! BISMILLAH...

Galau Rantau Part 1

Selasa, 28 Agustus 2012
Pukul 9 pagi, kelak kan menjadi momen dimana setiap detik putaran waktunya akan menjadi hujaman semangat di kala badai kemalasan menerpa dan keingintahuan surut.
Pagi itu, ada sekitar 9 koper tertata rapi di teras rumah. Seluruh penghuni rumah telah bangun pagi, seperti biasa. Ibu sibuk dengan urusan di dapur, ade sibuk dengan “proyek mini”-nya, Ayah sudah siap-siap, begitupun saya. Belum pernah se-tidak semangat ini dalam melakukan perjalanan, bayangkan saja, saya harus meninggalkan rumah (sepertinya untuk beberapa tahun kedepan) dimana sejak usia 9 tahun saya mulai menghuni rumah itu, selebihnya saya harus meninggalkan orang-orang terkasih dan tersayang yang menemani saya hampir 23 tahun lamanya. Ya Allah …
Jemputan yang akan mengantarkan kami (Saya dan Ayah) ke airport Sam Ratulangi sudah tiba, kami bergegas, pamitan dan sesi sedih pun dimulai terkecuali ade, dia ialah orang paling lempeng di seluruh dunia. “Kak, berusahalah untuk tidak jatuh dan selesaikan secepatnya ya, Bismillah…” Inilah pesan yang Ibu ucapkan tanpa memandang dan tanpa memeluk saya, saya seakan tahu persis bahwa Beliau bukannya tidak mau tapi tidak mampu. Begitupun saya…
Saya mencium tangan Beliau dengan lemah, sangat lemah dan gemetaran…
Airmata tak terbendung lagi, dan dia tumpah membanjiri pipi.
Sepanjang perjalanan menuju bandara, tidak ada cerita di dalam mobil, yang ada hanya tarikan ingus dan usapan airmata. Seketika tersadar belum meminta maaf dan mengingatkan Ibu untuk tidak lupa mendoakan. Padahal saya tahu persis dan yakin sepenuhnya bahwa tanpa meminta pun, Ibu pasti memberi.
Sesampainya di airport, berkat bantuan jasa porter, barang bawaan yang sebegitu banyaknya tak terasa, saya jadi tidak begitu menyesal melayangkan selebaran 50 ribuan. Tapi, mulai sejak hari itu saya yakin bahwa uang ialah bukan segalanya!
3 jam perjalanan udara Manado-Jakarta tak bisa dilewati dengan nyenyak, saya tak bisa tidur dengan kondisi mata sembab dan hidung yang mampet. Di udara, betapa saya mengingat kembali kisah kasih 22 tahun di masa yang lampau, segala bentuk kenakalan, ketidakberdayaan, kemalasan, dan segala keburukan lainnya yang tanpa sepengetahuan saya mungkin sesungguhnya telah menyakiti hati Ibu, saya mohon maaf…
Maaf, Bu… Maaf…
Sesampainya di bandara Soetta, jasa potter tak terelakkan lagi, mari ucapkan selamat tinggal pada 50 ribuan. Kami pun bergegas mencari kendaraan ke Bogor, kali ini tidak naik damri tapi menyewa avanza 200 ribuan menuju Dramaga, Bogor. Sepanjang perjalanan, tangisan pun terulang, sesekali kering dan kemudian kembali basah…
Kiri kanan kulihat saja, banyak gedung pencakar langit~
Sesampainya di Bogor, mobil langsung diarahkan menuju asrama internasional IPB. Dengan tarif special event kami dapat kamar Nomor 20 dan 22 yang per kamar per malam per orangnya seharga 140 ribu, dilengkapi kamar mandi dalam, kasur yang empuk, lemari besar, dan meja belajar serta kursi yang empuk, semua terasa benar-benar berstandar internasional. Sungguh pelayanan yang mumpuni untuk para mahasiswa asing yang menghuni asrama tersebut walaupun ukurannya mungkin agak kecil.
Malamnya dan besoknya lagi, kami ditemani reza (temannya teman), untuk jalan-jalan keliling kampus. Menuju babakan raya (bara), daerah dimana makanan berlimpah dan melewati berlin, tembok yang filosofinya merupakan bukti kebebasan mahasiswa