Mengenai Saya

Foto saya
keturunan jawa asli yg numpang lahir dan numpang gede di MANADO, seorang anak gadis, seorang kakak, seorang cumlauder, seorang sarjana pertanian, seorang magister sains, seorang calon istri

Sabtu, 01 September 2012

Galau Rantau Part 1

Selasa, 28 Agustus 2012
Pukul 9 pagi, kelak kan menjadi momen dimana setiap detik putaran waktunya akan menjadi hujaman semangat di kala badai kemalasan menerpa dan keingintahuan surut.
Pagi itu, ada sekitar 9 koper tertata rapi di teras rumah. Seluruh penghuni rumah telah bangun pagi, seperti biasa. Ibu sibuk dengan urusan di dapur, ade sibuk dengan “proyek mini”-nya, Ayah sudah siap-siap, begitupun saya. Belum pernah se-tidak semangat ini dalam melakukan perjalanan, bayangkan saja, saya harus meninggalkan rumah (sepertinya untuk beberapa tahun kedepan) dimana sejak usia 9 tahun saya mulai menghuni rumah itu, selebihnya saya harus meninggalkan orang-orang terkasih dan tersayang yang menemani saya hampir 23 tahun lamanya. Ya Allah …
Jemputan yang akan mengantarkan kami (Saya dan Ayah) ke airport Sam Ratulangi sudah tiba, kami bergegas, pamitan dan sesi sedih pun dimulai terkecuali ade, dia ialah orang paling lempeng di seluruh dunia. “Kak, berusahalah untuk tidak jatuh dan selesaikan secepatnya ya, Bismillah…” Inilah pesan yang Ibu ucapkan tanpa memandang dan tanpa memeluk saya, saya seakan tahu persis bahwa Beliau bukannya tidak mau tapi tidak mampu. Begitupun saya…
Saya mencium tangan Beliau dengan lemah, sangat lemah dan gemetaran…
Airmata tak terbendung lagi, dan dia tumpah membanjiri pipi.
Sepanjang perjalanan menuju bandara, tidak ada cerita di dalam mobil, yang ada hanya tarikan ingus dan usapan airmata. Seketika tersadar belum meminta maaf dan mengingatkan Ibu untuk tidak lupa mendoakan. Padahal saya tahu persis dan yakin sepenuhnya bahwa tanpa meminta pun, Ibu pasti memberi.
Sesampainya di airport, berkat bantuan jasa porter, barang bawaan yang sebegitu banyaknya tak terasa, saya jadi tidak begitu menyesal melayangkan selebaran 50 ribuan. Tapi, mulai sejak hari itu saya yakin bahwa uang ialah bukan segalanya!
3 jam perjalanan udara Manado-Jakarta tak bisa dilewati dengan nyenyak, saya tak bisa tidur dengan kondisi mata sembab dan hidung yang mampet. Di udara, betapa saya mengingat kembali kisah kasih 22 tahun di masa yang lampau, segala bentuk kenakalan, ketidakberdayaan, kemalasan, dan segala keburukan lainnya yang tanpa sepengetahuan saya mungkin sesungguhnya telah menyakiti hati Ibu, saya mohon maaf…
Maaf, Bu… Maaf…
Sesampainya di bandara Soetta, jasa potter tak terelakkan lagi, mari ucapkan selamat tinggal pada 50 ribuan. Kami pun bergegas mencari kendaraan ke Bogor, kali ini tidak naik damri tapi menyewa avanza 200 ribuan menuju Dramaga, Bogor. Sepanjang perjalanan, tangisan pun terulang, sesekali kering dan kemudian kembali basah…
Kiri kanan kulihat saja, banyak gedung pencakar langit~
Sesampainya di Bogor, mobil langsung diarahkan menuju asrama internasional IPB. Dengan tarif special event kami dapat kamar Nomor 20 dan 22 yang per kamar per malam per orangnya seharga 140 ribu, dilengkapi kamar mandi dalam, kasur yang empuk, lemari besar, dan meja belajar serta kursi yang empuk, semua terasa benar-benar berstandar internasional. Sungguh pelayanan yang mumpuni untuk para mahasiswa asing yang menghuni asrama tersebut walaupun ukurannya mungkin agak kecil.
Malamnya dan besoknya lagi, kami ditemani reza (temannya teman), untuk jalan-jalan keliling kampus. Menuju babakan raya (bara), daerah dimana makanan berlimpah dan melewati berlin, tembok yang filosofinya merupakan bukti kebebasan mahasiswa

Tidak ada komentar: